EFEK FOTOLISTRIK
Nama Anggota Kelompok :
1. Vinanda Virlya Zahra (210603110079)
2. Nur Rahma Ika Wati (210603110085)
3. Ulvie Triana Tasyadani (210603110096)
4. Dian Putri Sefia H (210603110097)
EFEK FOTOLISTRIK
Efek fotolistrik adalah peristiwa terlepasnya
elektron dikarenakan adanya frekuensi foton lebih dari frekuensi logam yang
terkena cahaya. Pada masa modern, efek fotolistrik menjadi sangat penting
karena banyak alat dimana itu semua kebanyakan menggunakan prinsip efek
fotolistrik, contohnya pada LED (Light Emitting Dioda), tabung foto pengganda (Photomultiplier
Tube), detektor cahaya (Photo Detector). [1]Dengan
adanya alat yang dapat menjelaskan efek fotolistrik akan memberikan kemudahan
penggunaannya dalam mempelajari sifat cahaya sebagai partikel. Pengaruh cahaya
terhadap sifat kelistrikan di dalam efek fotolistrik bukan hanya bisa
disebabkan dengan sifat cahaya sebagai gelombang elektromagnetik tetapi bisa
juga sifat cahaya berperan sebagai pembawa energi.
Permukaan logam pada efek fotolistrik ini
disinari oleh seberkas cahaya serta sejumlah elektron yang memancar dari
permukaannya. Berikut merupakan gambar pengamatan eksperimen efek fotolistrik.
Gambar 1. Pengamatan eksperimen efek fotolistrik
Pada gambar 1 adalah ilustrasi alat yang
digunakan untuk eksperimen efek fotolistrik. Dimana permukaan logam (katoda)
disinari oleh cahaya dapat menyebabkan elektron terpental keluar. Disaat
elektron bergerak menuju anoda dan di rangkaian luar terjadi arus elektrik yang
dapat diukur menggunakan ampermeter. Disaat cahaya yang sesuai dikenakan ke
salah satu plat, arus listrik dapat terdeteksi pada kawat. Hal ini terjadi
karena adanya elektron yang terlepas dari satu plat dan meuju ke plat yang
lainnya secara bersamaan. Dimana satu elektron tersebut menyerap suatu kuantum
energi yang digunakan untuk terlepas dari logam dan bergerak ke plat logam yang
lainnya. Dikarenakan elektron yang mempunyai energi tertinggi tidak dapat
melewati potensial penghenti dimana pengukuran stopping potential atau (Vs)
adalah suatu cara untuk menentukan energi kinetik maksimum dari elektron dengan
menggunakan persamaan 1 yaitu :
Ekinetic maks = e.Vs
Keterangan:
e
= Muatan elektron yang bernilai
1,6 x 10-19 c
Vs
= Tegangan penghalang (stopping
potensial) dalam volt
Berikutnya,
untuk menentukan nilai dari energi kinetik maksimum yang ada hubungannya dengan
frekuensi adalah energi cahaya yang merupakan penjumlahan energi ambang dengan
energi kinetik maksimum dari elektron yang dapat dilihat dari persamaan 2, 3,
dan 4 berikut ini.
E
= Wo + Ekm
h.f
= h.fo+ Ekm
Ekm
= h.f – h.fo
Pada persamaan-persamaan 2 sampai 4
disebut sebagai persamaan efek fotolistrik Einstein. Dengan keterangan dari
persamaannya yaitu:
Wo = Energi ambang logam atau fungsi kerja
logam
Fo = Frekuensi ambang logam
f
= Frekuensi cahaya yang
digunakan
Ekm = Energi kinetik maksimum elektron yang terlepas dari logam dan bergerak menuju plat logam yang lainnya.
· Proses Terjadinya Efek Fotolistrik
.
Supaya bisa terjadi efek fotolistrik seperti pada gambar diatas, frekuensi cahaya yang menyinari katoda harus lebih besar dibandingkan dengan Panjang gelombang atau frekuensi ambang cahaya yang menyinari katoda. Frekuensi ambang sendiri yaitu frekuensi terkecil yang diperlukan dalam proses efek fotolistrik untuk melepaskan elektron dari permukaan atau yang biasanya dilambangkan (fo ), sedangkan pengertian Panjang gelombang ambang adalah Panjang gelombang terbesar yang digunakan untuk melepaskan elektron dari permukaan logam.
Jika berkas cahaya mengenai permukaan logam katoda yang memiliki energi foton hf dan energi ambang katodanya hfo, Maka elektron yang terlepas dari permukaan logam logam energi kinetic adalah sebesar :
Ek = hf - hfo
Keteragan :
Ek : energi kinetik elektron
yang terlepas
hf : energi foton berkas cahaya
dari luar
hfo : energi ambang
bahan logam (katoda)
penentuan eksperimental suatu cara untuk menentukan
tetapan Planck.
Menurut Planck,
cahaya terdiri atas catu-catu energi yang disebut
foton (photon) dimana
energi tiap fotonnya adalah
Ep = h f
dengan h konstanta
Planck dan f frekuensi cahaya.
Menurut Einstein, tiap foton berinteraksi dengan satu elektron dan berlaku :
Ep = Eb + Ek.
Yang dimana Eb energi elektron pada logam, dan Ek energi kinetik maksimum elektron foto untuk bergerak menuju anoda. Dari persamaan itu dapat disimpulkan bahwa energi kinetik elektron tidak bergantung pada intensitas cahaya, melainkan pada frekuensi cahaya alam peristiwa terjadinya efek fotolistrik terdapat beberapa fakta didalamnya, antara lain :
1. 1. Ketika
intensitas dari suatu cahaya diperbesar, energi kinetik elektron pada foto
tidak akan mengalami perubahan
2. 2. Tidak
semua cahaya yang diarahkan atau ditembakkan kepada pelat logam akan
mengahasilkan elektron foto
3. 3. Elektron
mampu terlepas hampir tanpa adanya selang waktu setelah ditembakkannya cahaya
ke pelat logam
4. Energi
kinetik dari elektron akan mengalami perbesaran ketika frekuensi diperbesar
Gejala fotolistrik ini pernah
diamati sebelumnya oleh Lenard pada tahun 1902. Lenard yang menemukan fakta
bahwa apabila pelat (seng) disinari dengan sinar ultraviolet, maka elektron
akan lepas dan meninggalkan pelat dengan fakta-fakta sebagai berikut :
(1)
Kecepatan pada elektron yang lepas dari seng tidak bergantung pada intensitas
cahaya, tetapi hanya bergantung pada frekuensi yang ada (atau panjang gelombang)
sinar yang digunakan
(2)
Berbagai logam tertentu, tak terdapat pancaran elektron jika frekuensi cahaya
yang digunakan lebih kecil dari suatu frekuensi yang ada.
Berdasarkan hasil eksperimen yang
telah dilakukan juga diketahui bahwasana sebuah elektron tidak dapat dipancarkan pada
sembarang nilai panjang gelombang (frekuensi), sekalipun intensitasnya telah
diperbesar (Krane, Dalam Sutarno, Dkk 2017). Fenomena yang teramati oleh Lenard
sangat bertentangan dengan teori fisika klasik, karena fakta-fakta yang diamati
pun juga mengalami berbagai perbedaan yang ada. Tanpa disadari sebenarnya
manusia menggunakan atau memanfaatkan adanya efekfotolistrik dalam kehidupan
sehari hari, seperti :
Sebenarnya efek fotolistrik terdapat
yang namanya efek internal dan eksternal. Dalam efek internal ini terdapat aplikasi
yang lebih menyentuh masyarakat. Seperti dalam diambil contoh foto-diode atau
foto-transistor yang bermanfaat sebagai sensor cahaya berkecepatan tinggi.
Bahkan, dalam komunikasi serat optik transmisi sebesar 40 Gigabit perdetik yang
setara dengan pulsa cahaya sepanjang 10 pikodetik (10-11 detik) masih dapat
dibaca oleh sebuah foto-diode. Sebenarnya akhir-akhir ini kita selalu
dikelilingi oleh berbagai produk-produk elektronik yang dilengkapi dengan kamera
CCD (charge coupled device). Seperti
contohnya kamera pada ponsel, kamera digital dengan resolusi hingga 12
Megapiksel, atau pemindai kode-batang (barcode)
yang dipakai diseluruh supermarket, semua benda atau kecanggihan itu telah
memanfaatkan efek fotolistrik internal dalam mengubah citra yang dikehendaki
menjadi data-data elektronik yang selanjutnya dapat diproses oleh komputer.
Daftar
Pustaka :
Doyan,
A., & Melita, A.S. (2022). Percobaan
efek foto listrik berbasis arduino uno dengan led 3 warna sebagai sumber
cahaya. Koppa Journal 6, (1). Diakses dari http://e-journal.hamzanwadi.ac.id/index.php/kpj/index
Krisna, Dkk. (2013). Efek fotolistrik
dan efek compton. Online. Dikases
dari https://adoc.pub/efek-fotolistrik-dan-efek-compton.html
Mulyadi, E. (2022). Pengembangan Media Pembelajaran Efek Fotolistrik pada Pembelajaran Fisika di SMK. Ideguru: Jurnal Karya Ilmiah Guru, 7(2), 206-211.
Sutarno, S., Hayat, M.S., &Erwin.
(2017). Radiasi benda hitam dan efek fotolistrik sebagai konsep kunci
revolusi saintifik dalam perkembangan
teori kuantum cahaya. Jurnal Ilmiah Multi
Sciences, IX (2). Diakses dari https://journal.unuha.ac.id/index.php/JTI/article/view/92/62
Supriyadi. 2002. Panduan untuk Merancang Eksperimen Fisika Sederhana. Jurdik Fisika FMIPA : UNY.
[1] Doyan, A.,
& Melita, A. S. (2022). Percobaan Efek Foto listrik Berbasis Arduino Uno
dengan LED 3 Warna sebagai Sumber Cahaya. Kappa Journal, 6(1),
31-37.
Komentar
Posting Komentar